Fenomena Autisme Virtual: Dampak Gawai Berlebihan pada Anak Usia Dini

Paparan gawai secara berlebihan pada anak usia 1 hingga 3 tahun dapat menimbulkan kondisi yang menyerupai gangguan spektrum autisme, namun bukan autisme sesungguhnya. Fenomena ini dikenal sebagai autisme virtual, sebuah istilah medis yang telah diakui dalam berbagai literatur ilmiah. Dokter spesialis anak, dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K), M.Med, menjelaskan bahwa meskipun pola perilaku yang muncul terlihat seperti autisme, kondisi ini masih bisa dibedakan.

Anak-anak dengan autisme virtual kerap menunjukkan kesulitan dalam komunikasi sosial, perilaku berulang, serta tindakan yang tidak lazim. Perilaku seperti tidak merespons saat dipanggil, kurang kontak mata, dan minim ekspresi wajah sering kali muncul karena kurangnya stimulasi sosial yang tepat akibat penggunaan gawai. Berbeda dengan autisme sejati yang memiliki akar genetik, autisme virtual lebih berkaitan dengan faktor lingkungan.

Menurut Amanda, jika paparan gawai dikurangi, anak dengan autisme virtual biasanya menunjukkan perbaikan yang cukup cepat, seperti mulai bisa melakukan kontak mata dan menunjukkan ekspresi yang sesuai. Sementara itu, pada anak yang memang mengidap autisme, penggunaan gawai justru memperkuat kecenderungan terhadap aktivitas repetitif yang merupakan bagian dari ciri khas kondisi tersebut. Meskipun penggunaan gawai dihentikan, perilaku autistik biasanya tetap ada.

Amanda menekankan bahwa faktor genetik memegang peran penting dalam autisme. Anak dengan saudara kandung yang mengidap gangguan spektrum autisme memiliki risiko sembilan kali lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.

AIA Vitality Women’s 10K 2025: Gerakan Sehat untuk Perempuan Indonesia

Pada 27 April mendatang, ajang lari AIA Vitality Women’s 10K 2025 akan digelar di Taman Kota Peruri, Blok M, Jakarta Selatan. Ini merupakan tahun ketiga AIA Vitality terlibat dalam acara lari khusus perempuan ini. Lia Merdekawaty, Head of Corporate Communication AIA, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen AIA untuk mendukung keluarga di Indonesia hidup lebih sehat, lebih lama, dan lebih baik.

Dengan target 3.500 peserta perempuan, acara ini mengusung tema “All Girls All Around”. Tersedia dua kategori lomba lari, yaitu 5K dan 10K, serta Kids Dash untuk anak-anak, menjadikannya acara yang dapat dinikmati seluruh keluarga. Tahun ini, AIA Vitality Women’s 10K 2025 berbeda dari sebelumnya dengan menghadirkan sesi latihan persiapan, seperti strength training dan running drills, untuk memastikan peserta lebih siap mengikuti lomba.

Laila Munaf, Co-Founder SANA Studio dan penggagas Women’s 10K, menekankan bahwa acara ini tidak hanya sekadar perlombaan. “Women’s 10K adalah gerakan untuk memberdayakan perempuan di dunia olahraga, menciptakan ruang bagi koneksi, berbagi inspirasi, dan memulai hidup sehat bersama keluarga,” ujarnya. Selain itu, AIA Vitality juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan perempuan dengan menyediakan 100 paket pemeriksaan Pap Smear dan HPV gratis bagi anggota AIA Vitality yang dapat dilakukan di Klinik Filmore dan Klinik Utama Igaku.

Kulit Sensitif Tak Lagi Masalah: Tips Ampuh Menenangkan dan Merawatnya

Kulit yang mudah memerah, terasa perih, atau gatal saat menggunakan produk kecantikan atau saat cuaca berubah bisa jadi merupakan tanda kamu memiliki kulit sensitif. Kondisi ini sebenarnya cukup umum, namun banyak yang belum memahami penyebab utamanya dan cara merawatnya dengan benar. Penyebab kulit sensitif bisa berasal dari gangguan pada lapisan pelindung kulit (skin barrier), paparan zat kimia dalam produk perawatan, hingga kondisi medis seperti rosacea atau eksim. Untungnya, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kulit sensitif agar tetap sehat dan nyaman.

Langkah pertama yang penting adalah memilih produk perawatan yang lembut dan bebas dari bahan-bahan yang bisa memicu iritasi, seperti alkohol, pewangi buatan, paraben, dan sulfat. Produk pembersih wajah yang tidak berbusa berlebihan juga lebih disarankan. Sebelum menggunakan produk baru, sebaiknya lakukan tes pada area kecil kulit terlebih dahulu.

Selanjutnya, perkuat pertahanan alami kulit dengan menggunakan pelembap yang mengandung bahan seperti ceramide, hyaluronic acid, atau niacinamide. Hindari mencuci wajah terlalu sering atau menggunakan air panas, karena bisa merusak skin barrier.

Faktor lingkungan juga berperan penting, jadi pastikan selalu menggunakan sunscreen dengan minimal SPF 50, bahkan saat berada di dalam ruangan atau cuaca mendung. Lindungi wajah dari polusi dan suhu ekstrem dengan masker atau topi saat berada di luar rumah.

Terakhir, cobalah mencatat pemicu iritasi kulit melalui jurnal skincare atau makanan untuk menghindari reaksi berulang. Jika gejala semakin parah, segera konsultasikan ke dokter kulit agar mendapatkan perawatan yang sesuai.

Pecah Pembuluh Darah Bukan Akhir: Ini Kunci Pencegahan Sejak Dini

Pecahnya pembuluh darah, khususnya di otak, merupakan kondisi medis serius yang kerap kali berujung pada stroke hemoragik. Namun menurut Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi medik dari RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, kondisi tersebut sebenarnya bisa dicegah bahkan pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami stroke. Ia menekankan pentingnya pengendalian tekanan darah secara ketat, gaya hidup sehat, serta pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang telah memasuki usia lanjut.

Dalam dunia medis, pecahnya pembuluh darah di otak atau stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah dan menyebabkan perdarahan di jaringan otak. Faktor utama pemicunya meliputi hipertensi kronis, aneurisma otak yang bisa pecah tiba-tiba, serta kelainan bawaan pada pembuluh darah seperti malformasi arteri-vena. Selain itu, cedera kepala, penggunaan obat pengencer darah, kolesterol tinggi, dan gaya hidup tidak sehat turut meningkatkan risiko kondisi ini.

Stroke sendiri terbagi menjadi dua tipe utama, yakni stroke iskemik akibat sumbatan aliran darah, dan stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah. Meskipun keduanya dapat mengganggu fungsi otak, stroke hemoragik umumnya memiliki dampak yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Untuk mencegah kekambuhan, pasien dianjurkan rutin memeriksa tekanan darah setiap bulan, minum obat secara teratur, dan melakukan tes jantung, gula darah, serta kolesterol setiap 3–6 bulan. Asupan makanan rendah garam, tinggi serat dan cukup protein, menjaga hidrasi tubuh, serta menjauhi stres, rokok, dan alkohol juga menjadi langkah penting. Aktivitas fisik ringan seperti jalan pagi, serta keterlibatan dalam kegiatan sosial bisa membantu lansia tetap sehat secara fisik dan mental. Peran keluarga sangat penting dalam mendampingi lansia menjaga kesehatannya secara menyeluruh.

Cegah Obesitas dan Malnutrisi Sejak Dini, Ini Pesan Penting Dokter Anak

Gaya hidup yang kurang sehat serta minimnya asupan nutrisi esensial dalam makanan harian bisa membuat anak lebih mudah terkena masalah kesehatan serius, seperti obesitas dan malnutrisi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Atul Palwe, seorang dokter anak dan konsultan neonatologi dari Rumah Sakit Motherhood, Pune, India, dalam kutipan media Hindustan Times pada Jumat (11/4). Ia menjelaskan bahwa kelebihan berat badan pada anak dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga gangguan jantung.

Selain itu, ketidakseimbangan gizi atau malnutrisi bisa memperlemah sistem kekebalan tubuh anak, menjadikannya lebih mudah terserang infeksi dan penyakit. Dr. Palwe menekankan bahwa orang tua perlu mencermati proses tumbuh kembang anak agar terhindar dari risiko tersebut. Ia menyarankan agar orang tua rutin memantau tinggi badan, berat badan, serta indeks massa tubuh (IMT) anak, guna mendeteksi sejak dini jika ada penyimpangan dari standar pertumbuhan yang sehat.

Ia juga mengingatkan bahwa banyak makan belum tentu berarti bergizi. Anak yang mengonsumsi makanan dalam jumlah besar tetap bisa mengalami kekurangan nutrisi apabila pilihan makanannya buruk. Untuk itu, penerapan pola makan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral sangat dianjurkan.

Lebih lanjut, konsumsi makanan olahan dan minuman manis sebaiknya dibatasi. Orang tua juga diminta untuk tidak menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman, karena hal ini bisa memicu kebiasaan makan yang emosional. Aktivitas fisik di luar ruangan serta tidur cukup turut berperan penting dalam menjaga kesehatan metabolisme dan nafsu makan anak.

Rahasia Energi Ibu Hamil Sepanjang Hari: Mulai dari Sarapan hingga Camilan Cerdas

Selama masa kehamilan, kelelahan sering kali menjadi tantangan yang umum dialami oleh para ibu. Untuk menjaga energi tetap stabil dan memastikan perkembangan bayi tetap optimal, pemilihan nutrisi yang tepat sangatlah penting. Garima Chaudhry, ahli gizi dari Cloudnine Group of Hospitals di New Delhi, memberikan beberapa tips penting agar ibu hamil tetap bertenaga sepanjang hari.

Langkah awal yang disarankan adalah memulai pagi dengan sarapan bergizi. Kombinasi gandum utuh, makanan tinggi protein, kacang-kacangan seperti almond dan kenari, serta biji chia menjadi pilihan tepat untuk menambah stamina. Buah-buahan segar seperti pisang, jeruk, atau apel juga dapat membantu hidrasi alami tubuh. Hindarilah konsumsi sereal bergula atau makanan olahan karena dapat menyebabkan penurunan energi secara drastis.

Untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, air kelapa, buttermilk, air lemon dengan madu, jus buah segar, serta teh herbal merupakan pilihan minuman bernutrisi yang direkomendasikan. Sebaliknya, minuman berkafein, soda, dan minuman manis sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan dehidrasi.

Penting juga untuk memilih karbohidrat kompleks seperti beras merah, lentil, kacang-kacangan, dan ubi jalar agar kadar gula darah tetap stabil. Sayur berdaun hijau, buah kering, bit, dan kacang polong menjadi sumber zat besi yang baik, apalagi jika dikombinasikan dengan makanan kaya vitamin C agar penyerapannya lebih optimal. Hindari konsumsi teh atau kopi secara berlebihan karena bisa menghambat penyerapan zat besi.

Sebagai camilan, pilih makanan tinggi protein dan serat seperti energy bar dari kurma dan biji-bijian, kacang-kacangan, atau buah dengan yoghurt. Batasi makanan ringan yang digoreng atau manisan dari toko yang rentan menyebabkan perut kembung. Dalam menghadapi acara atau pesta, tetaplah bijak dalam menyantap makanan manis dan tetap konsisten dengan pola makan sehat.

Bulan Pembuahan Ternyata Bisa Tentukan Kemampuan Tubuh Membakar Lemak!

Kemampuan tubuh membakar kalori ternyata tidak hanya bergantung pada faktor genetik, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh waktu seseorang dikandung. Sebuah studi terbaru dari Jepang yang dimuat dalam jurnal Nature Metabolism mengungkap bahwa bayi yang dikandung pada musim dingin cenderung memiliki lebih banyak lemak cokelat, atau brown adipose tissue (BAT), yaitu jenis lemak khusus yang membantu tubuh membakar kalori. Penelitian ini melibatkan 356 pria muda sehat yang aktivitas lemak cokelatnya diukur setelah terpapar suhu dingin. Hasilnya menunjukkan bahwa 78 persen peserta yang dikandung saat musim dingin memiliki lemak cokelat aktif, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 66 persen dari mereka yang dikandung di musim hangat.

Temuan ini mengarah pada kesimpulan bahwa musim pembuahan memiliki pengaruh jangka panjang terhadap metabolisme tubuh seseorang. Lemak cokelat aktif dikaitkan dengan pengeluaran energi harian yang lebih tinggi, metabolisme yang lebih baik, serta Indeks Massa Tubuh (BMI) yang lebih rendah. Uniknya, bulan kelahiran ternyata tidak terlalu berdampak besar dalam hal ini. Sekitar 72 hingga 74 persen peserta tetap memiliki lemak cokelat aktif, terlepas dari apakah mereka lahir di musim dingin atau musim panas.

Menurut Takeshi Yoneshiro, peneliti utama dari Universitas Tohoku, faktor lingkungan sebelum kehamilan dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap kesehatan metabolisme anak di masa depan. Oleh karena itu, musim saat pembuahan berlangsung menjadi faktor penting yang patut diperhatikan dalam memahami kondisi metabolisme seseorang.

Rahasia Awet Muda Tanpa Operasi: 7 Perawatan Kulit Modern yang Patut Dicoba

Dalam dunia kecantikan modern, perawatan non-bedah kini menjadi solusi populer bagi mereka yang ingin mengurangi tanda-tanda penuaan tanpa perlu menjalani prosedur invasif. Menurut Dr. Bindu Sthalekar, pendiri dan kepala dermatolog di Skin Smart Solutions, terdapat berbagai opsi efektif yang dapat membantu memperbaiki tekstur, elastisitas, dan kecerahan kulit. Salah satunya adalah botox, yang ampuh menghaluskan garis halus dan kerutan, terutama di sekitar mata dan dahi, bahkan dapat mulai digunakan sejak akhir usia 20-an. Sementara itu, dermal filler berguna untuk mengembalikan volume wajah yang hilang akibat penuaan, serta menonjolkan kontur alami. Untuk memperbaiki warna dan permukaan kulit, laser CO2 fraksional menawarkan peremajaan melalui cedera mikro yang mendorong produksi kolagen. Teknologi HIFU pun tak kalah menarik karena menggunakan ultrasound untuk mengencangkan kulit wajah dari lapisan dalam. Selain itu, microneedling RF memberikan kombinasi manfaat dari jarum mikro dan energi radiofrekuensi untuk menyamarkan pori dan kerutan. Perawatan dengan plasma kaya trombosit atau “vampire facial” juga semakin populer karena mampu menstimulasi peremajaan kulit secara alami. Tak ketinggalan, suntikan penguat kulit berbasis asam hialuronat juga efektif dalam meningkatkan hidrasi dan kilau kulit. Meskipun hasilnya menjanjikan, penting untuk diingat bahwa menjaga kulit tetap sehat tidak selalu harus melalui prosedur tersebut. Gaya hidup sehat, perawatan kulit teratur, serta perlindungan dari sinar matahari tetap menjadi fondasi utama dalam merawat kulit jangka panjang.

Ternyata, Tiga Suplemen Ini Bisa Diam-Diam Merusak Kesehatan Ususmu

Banyak orang mengandalkan suplemen vitamin untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun, kenyataannya tak semua suplemen membawa manfaat yang diharapkan. Bahkan, beberapa jenis suplemen justru dapat mengganggu sistem pencernaan, terutama kesehatan usus. Padahal, usus merupakan pusat penting dalam menjaga keseimbangan tubuh, mulai dari pencernaan, imunitas, suasana hati, hingga energi. Menurut Dr. Janine Bowring, ND, seorang dokter naturopati, beberapa suplemen sintetis bisa berdampak buruk bagi usus. Contohnya, multivitamin sintetis yang kerap mengandung bahan buatan seperti Retinyl Palmitate atau Pyridoxine Hydrochloride. Zat-zat ini sulit dicerna tubuh dan dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik serta membebani hati. Pilihan yang lebih aman adalah multivitamin berbasis makanan utuh yang lebih ramah untuk sistem pencernaan. Selanjutnya, vitamin B12 versi cyanocobalamin juga perlu diwaspadai karena mengandung sedikit unsur sianida dan bisa memperparah gangguan usus, terutama pada penderita IBS atau masalah lambung. Sebagai alternatif, pilih methylcobalamin atau hydroxocobalamin yang lebih mudah diserap tubuh. Terakhir, zat tambahan seperti magnesium stearat yang sering ditemukan dalam suplemen dapat membentuk lapisan dalam usus dan menghambat penyerapan nutrisi. Hindari suplemen dengan aditif berbahaya seperti ini dan pilih produk dengan label bersih. Mengandalkan makanan segar dan bergizi tetap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Jika ragu, konsultasikan pada ahli gizi agar tidak salah langkah.

Tetap Bugar Usai 50 Tahun: Tips Sehat Hadapi Godaan Lebaran

Menjaga kebugaran tubuh saat merayakan Lebaran menjadi tantangan tersendiri, terlebih bagi mereka yang telah menginjak usia di atas 50 tahun. Menurut keterangan dokter yang ahli dalam bidang kedokteran olahraga, dr. Andhika Respati, Sp.KO, penting untuk tetap aktif secara fisik guna menyeimbangkan pola makan tinggi lemak dan kalori yang umum dikonsumsi selama libur Lebaran. Ia menyarankan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau bersepeda yang tergolong low impact. Aktivitas lain yang juga bermanfaat adalah berenang atau sekadar berjalan di kolam renang selama 30 hingga 60 menit, dilakukan sekitar 3 hingga 5 kali dalam seminggu.

Saran serupa disampaikan oleh dr. Faisal Parlindungan, Sp.PD, dari RS Cipto Mangunkusumo. Ia menekankan pentingnya olahraga ringan selama Lebaran, minimal 30 menit per hari, seperti berjalan santai. Lebih lanjut, Faisal mengingatkan untuk mengontrol asupan makanan, terutama dengan menerapkan prinsip gizi seimbang. Ia menyarankan agar masyarakat tidak memanaskan makanan secara berulang, karena dapat merusak kandungan gizi, terutama pada sayuran dan makanan berlemak seperti santan, yang bisa berubah menjadi zat berbahaya.

Menerapkan panduan “isi piringku” dari Kementerian Kesehatan juga dianjurkan agar porsi makan tetap sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sebaiknya mengonsumsi sayur dan buah terlebih dahulu untuk mencegah lonjakan gula darah. Selain itu, batasi konsumsi camilan manis dan gorengan, dan pilihlah camilan sehat rendah gula dan tepung, seperti kacang-kacangan atau buah segar untuk menjaga kesehatan selama masa liburan.