Pecah Pembuluh Darah Bukan Akhir: Ini Kunci Pencegahan Sejak Dini

Pecahnya pembuluh darah, khususnya di otak, merupakan kondisi medis serius yang kerap kali berujung pada stroke hemoragik. Namun menurut Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi medik dari RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, kondisi tersebut sebenarnya bisa dicegah bahkan pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami stroke. Ia menekankan pentingnya pengendalian tekanan darah secara ketat, gaya hidup sehat, serta pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang telah memasuki usia lanjut.

Dalam dunia medis, pecahnya pembuluh darah di otak atau stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah dan menyebabkan perdarahan di jaringan otak. Faktor utama pemicunya meliputi hipertensi kronis, aneurisma otak yang bisa pecah tiba-tiba, serta kelainan bawaan pada pembuluh darah seperti malformasi arteri-vena. Selain itu, cedera kepala, penggunaan obat pengencer darah, kolesterol tinggi, dan gaya hidup tidak sehat turut meningkatkan risiko kondisi ini.

Stroke sendiri terbagi menjadi dua tipe utama, yakni stroke iskemik akibat sumbatan aliran darah, dan stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah. Meskipun keduanya dapat mengganggu fungsi otak, stroke hemoragik umumnya memiliki dampak yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Untuk mencegah kekambuhan, pasien dianjurkan rutin memeriksa tekanan darah setiap bulan, minum obat secara teratur, dan melakukan tes jantung, gula darah, serta kolesterol setiap 3–6 bulan. Asupan makanan rendah garam, tinggi serat dan cukup protein, menjaga hidrasi tubuh, serta menjauhi stres, rokok, dan alkohol juga menjadi langkah penting. Aktivitas fisik ringan seperti jalan pagi, serta keterlibatan dalam kegiatan sosial bisa membantu lansia tetap sehat secara fisik dan mental. Peran keluarga sangat penting dalam mendampingi lansia menjaga kesehatannya secara menyeluruh.

Cegah Obesitas dan Malnutrisi Sejak Dini, Ini Pesan Penting Dokter Anak

Gaya hidup yang kurang sehat serta minimnya asupan nutrisi esensial dalam makanan harian bisa membuat anak lebih mudah terkena masalah kesehatan serius, seperti obesitas dan malnutrisi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Atul Palwe, seorang dokter anak dan konsultan neonatologi dari Rumah Sakit Motherhood, Pune, India, dalam kutipan media Hindustan Times pada Jumat (11/4). Ia menjelaskan bahwa kelebihan berat badan pada anak dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga gangguan jantung.

Selain itu, ketidakseimbangan gizi atau malnutrisi bisa memperlemah sistem kekebalan tubuh anak, menjadikannya lebih mudah terserang infeksi dan penyakit. Dr. Palwe menekankan bahwa orang tua perlu mencermati proses tumbuh kembang anak agar terhindar dari risiko tersebut. Ia menyarankan agar orang tua rutin memantau tinggi badan, berat badan, serta indeks massa tubuh (IMT) anak, guna mendeteksi sejak dini jika ada penyimpangan dari standar pertumbuhan yang sehat.

Ia juga mengingatkan bahwa banyak makan belum tentu berarti bergizi. Anak yang mengonsumsi makanan dalam jumlah besar tetap bisa mengalami kekurangan nutrisi apabila pilihan makanannya buruk. Untuk itu, penerapan pola makan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral sangat dianjurkan.

Lebih lanjut, konsumsi makanan olahan dan minuman manis sebaiknya dibatasi. Orang tua juga diminta untuk tidak menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman, karena hal ini bisa memicu kebiasaan makan yang emosional. Aktivitas fisik di luar ruangan serta tidur cukup turut berperan penting dalam menjaga kesehatan metabolisme dan nafsu makan anak.

Rahasia Awet Muda Tanpa Operasi: 7 Perawatan Kulit Modern yang Patut Dicoba

Dalam dunia kecantikan modern, perawatan non-bedah kini menjadi solusi populer bagi mereka yang ingin mengurangi tanda-tanda penuaan tanpa perlu menjalani prosedur invasif. Menurut Dr. Bindu Sthalekar, pendiri dan kepala dermatolog di Skin Smart Solutions, terdapat berbagai opsi efektif yang dapat membantu memperbaiki tekstur, elastisitas, dan kecerahan kulit. Salah satunya adalah botox, yang ampuh menghaluskan garis halus dan kerutan, terutama di sekitar mata dan dahi, bahkan dapat mulai digunakan sejak akhir usia 20-an. Sementara itu, dermal filler berguna untuk mengembalikan volume wajah yang hilang akibat penuaan, serta menonjolkan kontur alami. Untuk memperbaiki warna dan permukaan kulit, laser CO2 fraksional menawarkan peremajaan melalui cedera mikro yang mendorong produksi kolagen. Teknologi HIFU pun tak kalah menarik karena menggunakan ultrasound untuk mengencangkan kulit wajah dari lapisan dalam. Selain itu, microneedling RF memberikan kombinasi manfaat dari jarum mikro dan energi radiofrekuensi untuk menyamarkan pori dan kerutan. Perawatan dengan plasma kaya trombosit atau “vampire facial” juga semakin populer karena mampu menstimulasi peremajaan kulit secara alami. Tak ketinggalan, suntikan penguat kulit berbasis asam hialuronat juga efektif dalam meningkatkan hidrasi dan kilau kulit. Meskipun hasilnya menjanjikan, penting untuk diingat bahwa menjaga kulit tetap sehat tidak selalu harus melalui prosedur tersebut. Gaya hidup sehat, perawatan kulit teratur, serta perlindungan dari sinar matahari tetap menjadi fondasi utama dalam merawat kulit jangka panjang.

Ternyata, Tiga Suplemen Ini Bisa Diam-Diam Merusak Kesehatan Ususmu

Banyak orang mengandalkan suplemen vitamin untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun, kenyataannya tak semua suplemen membawa manfaat yang diharapkan. Bahkan, beberapa jenis suplemen justru dapat mengganggu sistem pencernaan, terutama kesehatan usus. Padahal, usus merupakan pusat penting dalam menjaga keseimbangan tubuh, mulai dari pencernaan, imunitas, suasana hati, hingga energi. Menurut Dr. Janine Bowring, ND, seorang dokter naturopati, beberapa suplemen sintetis bisa berdampak buruk bagi usus. Contohnya, multivitamin sintetis yang kerap mengandung bahan buatan seperti Retinyl Palmitate atau Pyridoxine Hydrochloride. Zat-zat ini sulit dicerna tubuh dan dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik serta membebani hati. Pilihan yang lebih aman adalah multivitamin berbasis makanan utuh yang lebih ramah untuk sistem pencernaan. Selanjutnya, vitamin B12 versi cyanocobalamin juga perlu diwaspadai karena mengandung sedikit unsur sianida dan bisa memperparah gangguan usus, terutama pada penderita IBS atau masalah lambung. Sebagai alternatif, pilih methylcobalamin atau hydroxocobalamin yang lebih mudah diserap tubuh. Terakhir, zat tambahan seperti magnesium stearat yang sering ditemukan dalam suplemen dapat membentuk lapisan dalam usus dan menghambat penyerapan nutrisi. Hindari suplemen dengan aditif berbahaya seperti ini dan pilih produk dengan label bersih. Mengandalkan makanan segar dan bergizi tetap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Jika ragu, konsultasikan pada ahli gizi agar tidak salah langkah.

Tetap Bugar Saat Mudik: Peregangan Sederhana di Ruang Terbatas

Mudik sering kali membuat tubuh terasa kaku akibat duduk terlalu lama di kendaraan dengan ruang terbatas. Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Andhika Respati, Sp.KO, menyarankan agar para pemudik melakukan peregangan sederhana untuk menghindari ketegangan otot dan risiko betis bengkak akibat minimnya pergerakan. Ia menekankan bahwa berbagai gerakan peregangan dapat dengan mudah ditemukan melalui platform seperti Google atau YouTube, sehingga pemudik dapat menyesuaikan gerakan sesuai dengan kondisi di kendaraan mereka.

Beberapa gerakan yang dapat dilakukan di ruang sempit antara lain peregangan hamstring, otot betis, serta pinggul. Salah satu contoh yang mudah dilakukan adalah dengan menegakkan badan, membusungkan dada, lalu meletakkan tangan kanan di atas paha kiri sambil memutar badan hingga terasa tarikan di area pinggang. Jika memungkinkan, saat berhenti di rest area, pemudik juga dianjurkan berjalan kaki sejenak untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi ketegangan otot.

Selain menjaga pergerakan tubuh, Andhika juga mengingatkan agar pemudik tetap memperhatikan asupan makanan yang seimbang serta tidak mengabaikan waktu tidur, terutama bagi yang mengemudi. Ia menegaskan bahwa olahraga tidak harus sulit atau membutuhkan peralatan khusus. Dengan gaya hidup yang baik, memastikan tubuh tetap aktif, mengonsumsi makanan bergizi, serta mendapatkan istirahat yang cukup, perjalanan mudik dapat terasa lebih nyaman dan tubuh tetap bugar hingga sampai di tujuan.