Banyak orang mengandalkan suplemen vitamin untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun, kenyataannya tak semua suplemen membawa manfaat yang diharapkan. Bahkan, beberapa jenis suplemen justru dapat mengganggu sistem pencernaan, terutama kesehatan usus. Padahal, usus merupakan pusat penting dalam menjaga keseimbangan tubuh, mulai dari pencernaan, imunitas, suasana hati, hingga energi. Menurut Dr. Janine Bowring, ND, seorang dokter naturopati, beberapa suplemen sintetis bisa berdampak buruk bagi usus. Contohnya, multivitamin sintetis yang kerap mengandung bahan buatan seperti Retinyl Palmitate atau Pyridoxine Hydrochloride. Zat-zat ini sulit dicerna tubuh dan dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik serta membebani hati. Pilihan yang lebih aman adalah multivitamin berbasis makanan utuh yang lebih ramah untuk sistem pencernaan. Selanjutnya, vitamin B12 versi cyanocobalamin juga perlu diwaspadai karena mengandung sedikit unsur sianida dan bisa memperparah gangguan usus, terutama pada penderita IBS atau masalah lambung. Sebagai alternatif, pilih methylcobalamin atau hydroxocobalamin yang lebih mudah diserap tubuh. Terakhir, zat tambahan seperti magnesium stearat yang sering ditemukan dalam suplemen dapat membentuk lapisan dalam usus dan menghambat penyerapan nutrisi. Hindari suplemen dengan aditif berbahaya seperti ini dan pilih produk dengan label bersih. Mengandalkan makanan segar dan bergizi tetap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Jika ragu, konsultasikan pada ahli gizi agar tidak salah langkah.
Category: Berita Terkini
Dampak Tersembunyi Layar Ponsel: Ancaman Nyata bagi Kualitas Tidur
Menggulir layar ponsel, menonton serial favorit, atau sekadar berkirim pesan sebelum tidur sering kali menjadi rutinitas untuk bersantai. Namun, kebiasaan ini dapat berdampak buruk pada kualitas tidur. Studi mengungkapkan bahwa penggunaan layar selama satu jam saja dapat meningkatkan kemungkinan mengalami insomnia hingga 59 persen dan mengurangi waktu tidur sekitar 24 menit. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Gunnhild Johnsen Hjetland dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia ini melibatkan lebih dari 45.000 mahasiswa berusia 18 hingga 28 tahun. Para peneliti menemukan bahwa penggunaan layar, baik untuk media sosial maupun aktivitas lainnya, dapat mengganggu tidur karena empat faktor utama. Pertama, notifikasi yang muncul di perangkat dapat mengganggu waktu istirahat. Kedua, waktu yang dihabiskan untuk menatap layar menggantikan waktu tidur. Ketiga, keterlibatan dalam aktivitas digital meningkatkan kewaspadaan yang membuat seseorang sulit mengantuk. Keempat, cahaya dari layar mengganggu ritme sirkadian tubuh, sehingga menyebabkan kesulitan tidur secara alami.
Meski studi ini mengungkap hubungan erat antara penggunaan layar dan gangguan tidur, belum ada bukti konkret bahwa penggunaan layar adalah penyebab utama insomnia. Bisa jadi, mereka yang sudah mengalami insomnia lebih cenderung menggunakan layar sebagai cara mengatasi masalah tidur mereka. Kendati demikian, para peneliti menyarankan untuk membatasi penggunaan perangkat setidaknya 30 hingga 60 menit sebelum tidur. Menonaktifkan notifikasi juga dapat membantu mengurangi gangguan di malam hari. Jika kebiasaan ini diterapkan, diharapkan kualitas tidur dapat meningkat dan risiko gangguan tidur bisa diminimalkan.
Tetap Bugar Saat Mudik: Peregangan Sederhana di Ruang Terbatas
Mudik sering kali membuat tubuh terasa kaku akibat duduk terlalu lama di kendaraan dengan ruang terbatas. Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Andhika Respati, Sp.KO, menyarankan agar para pemudik melakukan peregangan sederhana untuk menghindari ketegangan otot dan risiko betis bengkak akibat minimnya pergerakan. Ia menekankan bahwa berbagai gerakan peregangan dapat dengan mudah ditemukan melalui platform seperti Google atau YouTube, sehingga pemudik dapat menyesuaikan gerakan sesuai dengan kondisi di kendaraan mereka.
Beberapa gerakan yang dapat dilakukan di ruang sempit antara lain peregangan hamstring, otot betis, serta pinggul. Salah satu contoh yang mudah dilakukan adalah dengan menegakkan badan, membusungkan dada, lalu meletakkan tangan kanan di atas paha kiri sambil memutar badan hingga terasa tarikan di area pinggang. Jika memungkinkan, saat berhenti di rest area, pemudik juga dianjurkan berjalan kaki sejenak untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi ketegangan otot.
Selain menjaga pergerakan tubuh, Andhika juga mengingatkan agar pemudik tetap memperhatikan asupan makanan yang seimbang serta tidak mengabaikan waktu tidur, terutama bagi yang mengemudi. Ia menegaskan bahwa olahraga tidak harus sulit atau membutuhkan peralatan khusus. Dengan gaya hidup yang baik, memastikan tubuh tetap aktif, mengonsumsi makanan bergizi, serta mendapatkan istirahat yang cukup, perjalanan mudik dapat terasa lebih nyaman dan tubuh tetap bugar hingga sampai di tujuan.
Kimono: Perjalanan Panjang Pakaian Tradisional Jepang
Pada awalnya, kata “kimono” dalam bahasa Jepang memiliki arti sederhana, yakni pakaian. Namun, seiring waktu, istilah ini menjadi identik dengan busana tradisional khas Jepang. Bentuk kimono seperti yang dikenal saat ini pertama kali muncul pada era Heian (794-1192). Sebelumnya, pada zaman Nara (710-794), masyarakat Jepang mengenakan pakaian yang terdiri dari atasan dan bawahan atau baju terusan.
Perkembangan kimono semakin pesat ketika teknik “straight-line-cut” diperkenalkan, yaitu metode pemotongan kain dalam garis lurus yang kemudian dijahit tanpa perlu menyesuaikan bentuk tubuh pemakainya. Teknik ini membuat kimono lebih fleksibel, mudah dilipat, dan nyaman dikenakan dalam berbagai cuaca. Saat musim dingin, kimono dapat digunakan secara berlapis untuk memberikan kehangatan, sementara di musim panas, bahan linen membuatnya tetap nyaman dikenakan.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jepang mulai memperhatikan warna dalam pembuatan kimono, yang awalnya melambangkan musim atau status politik pemakainya. Pada era Kamakura (1192-1338) dan Muromachi (1338-1573), warna-warna cerah mulai mendominasi pakaian pria dan wanita. Bahkan, para samurai mengenakan kimono sesuai warna pemimpin mereka, sehingga medan perang tampak seperti ajang peragaan busana.
Pada masa Edo (1603-1868), di bawah kekuasaan klan Tokugawa, samurai mengenakan seragam khas yang terdiri dari kimono, pakaian tanpa lengan (kamishimo), dan hakama berbentuk rok celana. Produksi kimono semakin berkembang dan menjadi bentuk seni yang bernilai tinggi. Kimono juga dianggap sebagai warisan berharga yang diwariskan dari orang tua kepada anak-anak mereka.
Saat memasuki era Meiji (1868-1912), budaya Barat mulai memengaruhi Jepang. Pejabat dan personel militer diwajibkan mengenakan pakaian Barat dalam acara resmi, sementara masyarakat biasa masih memakai kimono untuk acara-acara tertentu. Di era modern, kimono tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tetap menjadi bagian penting dari budaya Jepang, dikenakan dalam acara pernikahan, pemakaman, upacara minum teh, dan festival tradisional.
Keunikan Tradisi Jepang Menyambut Tahun Baru Dengan Semangat Kebersihan Dan Keberuntungan
Dalam budaya Jepang, terdapat tradisi khusus dalam menyambut Tahun Baru, salah satunya adalah susuharai, yang berarti “menyapu jelaga.” Tradisi ini sudah ada sejak periode Edo dan menjadi bagian penting dalam mempersiapkan kedatangan Toshigami, dewa Tahun Baru. Pada awalnya, susuharai dilakukan di rumah-rumah dan perkebunan samurai, tetapi kini lebih sering terlihat di kuil Buddha dan kuil Shinto. Proses pembersihan ini tidak hanya bertujuan untuk membersihkan debu dan kotoran yang menumpuk selama setahun, tetapi juga sebagai bentuk penyucian agar membawa keberuntungan. Selain itu, kegiatan ini dilakukan dengan penuh semangat dan bahkan menjadi ajang berkumpul, di mana peserta disuguhi makanan khas seperti kue beras dan sake. Setelah rumah dibersihkan, dekorasi Tahun Baru mulai dipasang, yang biasanya diperoleh dari pameran toshi no ichi yang menjual berbagai barang keberuntungan, seperti shimenawa dan kadomatsu.
Menjelang pergantian tahun, mochitsuki atau tradisi menumbuk kue beras menjadi acara yang dinantikan. Mochi dibuat sendiri di rumah atau dikerjakan oleh kelompok tobi yang berkeliling menawarkan jasanya. Selain itu, ada tradisi setsubun yang bertujuan mengusir roh jahat dengan melempar kacang kedelai panggang sambil meneriakkan mantra keberuntungan. Di malam terakhir tahun yang berjalan, omisoka dirayakan dengan berbagai adat, termasuk joya no kane, yaitu pembunyian lonceng kuil sebanyak 108 kali untuk menghilangkan hawa nafsu duniawi. Salah satu tradisi unik yang masih lestari adalah Parade Rubah Oji, di mana orang-orang mengenakan topeng rubah dan berjalan menuju Kuil Inari dengan lentera menyala, menggambarkan kisah rubah mistis yang diyakini membawa keberuntungan. Berbagai perayaan ini tidak hanya menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat Jepang, tetapi juga menjaga keberlanjutan warisan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Peluang Emas Kuliah di Jepang: Deretan Beasiswa Tanpa Tes TOEFL
Jepang telah lama menjadi destinasi pendidikan unggulan bagi mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, karena kualitas akademiknya yang tinggi serta beragam peluang riset dan karier. Banyak calon mahasiswa bercita-cita menempuh pendidikan di Negeri Sakura, dan kini terdapat berbagai program beasiswa yang dapat membantu mewujudkan impian tersebut tanpa harus memiliki sertifikat TOEFL. Salah satu pilihan beasiswa menarik adalah dari Universitas Meiji yang memberikan bantuan penuh, termasuk biaya kuliah, ujian, serta uang saku hingga 100.000 yen per bulan. Selain itu, beasiswa Ajinomoto juga membuka peluang bagi mahasiswa S2 di bidang sains dan teknik dengan uang saku mencapai 180.000 yen.
Bagi mahasiswa S2 dan S3, Beasiswa Honjo International Foundation menawarkan dukungan dana hingga 230.000 yen per bulan tanpa persyaratan TOEFL, tetapi calon penerima wajib melampirkan sertifikat JLPT. Sementara itu, Beasiswa Mitsui-Bussan memberikan kesempatan bagi mahasiswa S1 dengan program pendidikan selama 5,5 tahun, termasuk kursus bahasa Jepang serta tunjangan hidup sebesar 145.000 yen. Salah satu beasiswa paling terkenal adalah Monbukagakusho (MEXT) dari pemerintah Jepang, yang mencakup berbagai jenjang pendidikan tanpa ikatan dinas, serta menawarkan program penelitian bagi lulusan perguruan tinggi. Universitas Hokkaido juga menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa internasional melalui program IGP-MEXT Life Science, dengan cakupan biaya kuliah dan uang saku hingga 145.000 yen.
Bagi mereka yang ingin menempuh studi di Universitas Waseda tetapi memiliki keterbatasan ekonomi, tersedia beasiswa yang memberikan potongan biaya kuliah hingga 50%. Dengan beragam pilihan beasiswa yang tidak mewajibkan tes TOEFL, para calon mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk belajar di Jepang dan mengembangkan wawasan internasional mereka.
Gigi Hadid dan Zayn Malik: Perjalanan Mengasuh Khai dengan Penuh Harmoni
Supermodel Gigi Hadid berbagi pengalaman tentang bagaimana dirinya dan mantan kekasihnya, Zayn Malik, bekerja sama dalam membesarkan putri mereka, Khai. Dalam wawancara terbaru dengan Vogue, Gigi mengungkapkan bahwa mereka memiliki jadwal hak asuh yang telah disusun beberapa bulan sebelumnya. Meskipun terkadang ada perubahan, keduanya tetap saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam mengasuh putri mereka yang kini berusia 4 tahun.
Pasangan ini pertama kali dikaruniai anak pada September 2020, setelah menjalin hubungan putus-nyambung sejak 2016. Kabar kehamilan Gigi pertama kali diumumkan pada April 2020 dalam wawancara dengan Jimmy Fallon. Meskipun akhirnya memutuskan berpisah pada Oktober 2021, mereka tetap menjalankan peran sebagai orang tua dengan penuh tanggung jawab dan keharmonisan.
Gigi menjelaskan bahwa hubungannya dengan Zayn saat ini dipenuhi dengan rasa persahabatan dan kasih sayang. Mereka memilih untuk tidak membagikan seluruh kisah hidup mereka ke publik, tetapi lebih fokus pada bagaimana membesarkan Khai dengan penuh rasa hormat. Baginya, yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang nyaman bagi sang buah hati, tanpa harus terpengaruh oleh pandangan orang lain.
Saat Khai merayakan ulang tahunnya yang ke-4 pada September 2024, baik Gigi maupun Zayn menunjukkan kasih sayang mereka di media sosial. Gigi membagikan momen kebersamaan mereka saat bermain di taman dan menikmati sarapan dengan kue pelangi, sementara Zayn menuliskan pesan emosional, menyebut Khai sebagai orang terpenting dalam hidupnya. Bagi mereka, kebahagiaan putri mereka adalah hal utama yang selalu diperjuangkan bersama.