Melahirkan secara normal ternyata bisa meningkatkan risiko terpapar Human Papillomavirus (HPV), demikian disampaikan oleh dr. Widyorini Lestari Hanafi Sp.OG(K)Onk, dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi dari RSK Dharmais. Dalam sebuah diskusi di Jakarta mengenai kanker serviks, dr. Wini, begitu ia akrab disapa, menjelaskan bahwa proses persalinan normal menyebabkan serviks terbuka lalu menutup kembali, yang dapat memicu trauma mikro pada jaringan serviks. Trauma ini membuat sel-sel di area tersebut menjadi lebih rentan terhadap infeksi HPV.
Ketika seorang wanita melahirkan secara normal, bayi melewati saluran vagina, serviks, hingga vulva—bagian-bagian tubuh yang mungkin sudah terpapar HPV. Selain itu, proses tersebut kerap menimbulkan luka kecil atau lecet, yang berpotensi menjadi pintu masuk virus ke dalam tubuh. Wanita yang memiliki banyak anak melalui persalinan normal disebut memiliki risiko lebih besar terhadap infeksi ini.
Selain faktor kelahiran, menikah atau aktif secara seksual di usia muda juga turut meningkatkan kemungkinan tertular HPV. Hal ini disebabkan organ reproduksi perempuan di bawah usia 18 tahun belum berkembang sempurna. Menurut dr. Wini, faktor-faktor tersebut bukan penyebab langsung, tetapi memperbesar peluang terjadinya infeksi.
Untuk mencegah virus berkembang menjadi kanker serviks, ia menyarankan vaksinasi HPV sejak usia 9–14 tahun serta skrining rutin seperti pap smear atau tes IVA setiap tiga tahun bagi wanita aktif secara seksual. Menjaga kebersihan, terutama saat menggunakan toilet umum, juga menjadi langkah penting, meskipun penularan HPV tetap dominan melalui hubungan seksual.