Oklahoma City Thunder Cetak 60 Kemenangan, Torehkan Sejarah di NBA Musim Ini

Oklahoma City Thunder menjadi tim pertama yang mencatatkan 60 kemenangan di NBA musim ini setelah mengalahkan Sacramento Kings dengan skor 121-105 dalam pertandingan yang berlangsung di Sacramento, Rabu WIB. Pencapaian ini menyamai rekor kemenangan terbanyak Thunder sejak kepindahan mereka dari Seattle pada musim 2007-2008, yang sebelumnya dicatatkan pada musim 2012-2013. Meski demikian, rekor kemenangan terbanyak sepanjang sejarah klub masih dipegang oleh tim pada musim 1995-96 dengan 64 kemenangan.

Shai Gilgeous-Alexander kembali menjadi bintang dengan mencetak 32 poin, memasukkan 10 dari 23 tembakan terbuka serta 9 dari 10 lemparan bebas. Ini merupakan gim ke-45 musim ini di mana ia mencetak minimal 30 poin, jumlah terbanyak di NBA saat ini. Kontribusi besar juga datang dari Chet Holmgren yang menyumbang 18 poin dan 10 rebound, serta Alex Caruso yang menambahkan 15 poin, memastikan kemenangan ke-14 Thunder dari 15 pertandingan terakhir mereka.

Thunder semakin memperkuat dominasinya di laga tandang dengan kemenangan ke-11 secara beruntun, menyamai rekor Cleveland Cavaliers sebagai tim dengan rentetan kemenangan tandang terpanjang musim ini. Gilgeous-Alexander mengungkapkan bahwa kerja keras tim setiap malam menjadi kunci kesuksesan mereka. Ia juga menegaskan bahwa pencapaian ini menunjukkan mengapa Thunder bisa mengamankan tiket playoff lebih awal dan menjadi tim tercepat dalam sejarah klub yang mencapai 60 kemenangan.

Sementara itu, di kubu Kings, Keegan Murray tampil impresif dengan mencetak 28 poin melalui sembilan tembakan tiga angka, sedangkan Zach LaVine menambahkan 19 poin. Namun, performa tersebut belum cukup untuk menghindarkan Sacramento dari kekalahan keempat berturut-turut. Kings sempat memperkecil selisih skor di kuarter ketiga setelah mencetak 16 poin tanpa balas, tetapi mereka tidak mampu mendekati lebih dari enam poin sebelum Thunder kembali menjauh di kuarter terakhir.

Dengan kemenangan ini, Thunder mencatatkan kemenangan ke-46 mereka dengan selisih dua digit musim ini, menempatkan mereka di peringkat keempat dalam sejarah NBA untuk jumlah kemenangan dua digit terbanyak dalam satu musim.

Kemenangan Tipis, Patrick Kluivert Puji Mentalitas Timnas Indonesia

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, memberikan apresiasi tinggi kepada para pemainnya setelah kemenangan tipis 1-0 atas Bahrain dalam lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Selasa (25/3/2025) malam WIB. Gol tunggal yang dicetak Ole Romeny pada menit ke-24, berkat umpan brilian dari Marselino Ferdinan, memastikan tiga poin penting bagi skuad Garuda. Dengan hasil ini, Indonesia kini mengoleksi sembilan poin dari delapan pertandingan, meski masih tertahan di peringkat keempat grup C. Kluivert mengaku puas dengan respons timnya setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia beberapa hari sebelumnya. Ia menilai Jay Idzes dan rekan-rekannya bermain dengan determinasi tinggi, pantas meraih kemenangan di depan ribuan suporter sendiri.

Meski demikian, Kluivert tetap mencatat beberapa kekurangan dalam penyelesaian akhir. Menurutnya, Timnas Indonesia seharusnya bisa mencetak lebih banyak gol, mengingat sejumlah peluang emas yang tercipta. Marselino Ferdinan dan Eliano Reijnders hampir mencatatkan namanya di papan skor, tetapi belum mampu menyelesaikan peluang dengan sempurna. Kegagalan memaksimalkan peluang ini menjadi evaluasi bagi tim untuk menghadapi laga selanjutnya. Pelatih asal Belanda ini menegaskan bahwa timnya kini fokus pada persiapan menghadapi China dan Jepang di bulan Juni mendatang.

Kluivert menyatakan bahwa kemenangan atas Bahrain menjadi awal yang baik untuk perjalanan panjang Timnas Indonesia. Dengan waktu persiapan yang lebih panjang, ia optimis timnya bisa tampil lebih baik di laga berikutnya. Ia pun menyebut bahwa semua pemain siap bekerja keras demi menjaga peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.

Pukulan Terakhir Sang Legenda: George Foreman Tutup Usia

Dunia tinju berduka atas kepergian legenda George Foreman yang menghembuskan napas terakhir pada Jumat, 21 Maret 2025. Kabar tersebut diumumkan pihak keluarga melalui unggahan di akun Instagram resmi @biggeorgeforeman pada Sabtu, 22 Maret 2025. Meski belum ada konfirmasi mengenai penyebab wafatnya, keluarga menyatakan bahwa Foreman meninggal dengan tenang dikelilingi oleh orang-orang terkasih. Mereka mengenangnya sebagai sosok yang penuh iman, rendah hati, serta memiliki dedikasi tinggi sebagai pendeta, suami, ayah, dan kakek buyut yang bangga akan keluarganya.

George Foreman bukan sekadar nama di dunia tinju, tetapi ikon yang sejajar dengan Muhammad Ali dan Joe Frazier. Lahir di Texas, Amerika Serikat, pada 10 Januari 1949, Foreman berkembang menjadi petinju kelas berat dengan fisik tangguh. Pada usia 19 tahun, ia meraih medali emas Olimpiade di Meksiko tahun 1968, yang menjadi titik awal karier gemilangnya. Puncak kejayaan datang pada 22 Januari 1973 saat ia menumbangkan Joe Frazier dan merebut gelar juara dunia kelas berat. Namun, satu tahun berselang, tepatnya pada 30 Agustus 1974, ia harus menerima kekalahan KO dari Muhammad Ali di ronde kedelapan dalam laga legendaris “The Rumble in the Jungle” di Zaire.

Selama kariernya, Foreman mengoleksi gelar juara dunia WBA dan WBC dengan catatan impresif 76 kemenangan dan hanya lima kekalahan, di mana 68 kemenangannya diraih dengan KO. Namanya tak hanya dikenal di ring tinju, tetapi juga sebagai inspirasi bagi banyak orang. Kepergiannya meninggalkan jejak sejarah yang tak akan terlupakan. Selamat jalan, sang legenda!

Melodi Keteraturan: Harmoni Antara Tradisi dan Modernisasi di Jepang

Seorang teman yang bekerja di Jepang pernah berkata, “Gue takut banget jadi robot di sini!” Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Tokyo dua tahun lalu, ia langsung menyadari betapa teraturnya masyarakat setempat. Setiap hari, ibu-ibu tua menyapu halaman yang sama di waktu yang sama, para pekerja tiba dan memarkir sepeda mereka secara serempak. Pola kebiasaan ini mencerminkan keteraturan yang telah menjadi fondasi Jepang dalam menghadapi masa depan. Tidak mudah menemukan tempat sampah karena kesadaran akan pengelolaan sampah sudah tertanam sejak dini. Di stasiun, pemandangan antrean panjang bukan hal aneh, mencerminkan budaya disiplin dan saling menghormati.

Bagi yang ingin merasakan nuansa tradisional Jepang, Asakusa adalah tempat yang tepat. Distrik ini dikenal sebagai kota tua karena suasana masa lalunya yang masih terasa kuat. Kuil Sensoji, kuil tertua di Tokyo yang berdiri sejak abad ke-7, menjadi daya tarik utama. Gerbang merah raksasa dengan lentera kanji menyambut pengunjung yang ingin meresapi sejarah dan spiritualitas Jepang. Nakamise Street, yang menghubungkan gerbang dengan kuil, dipenuhi kios yang menjual makanan tradisional, menghadirkan pengalaman kuliner khas Jepang. Wisatawan juga dapat mengenakan kimono dan berkeliling dengan Jinkirisha, menambah kesan autentik dalam perjalanan mereka.

Meninggalkan Asakusa, perjalanan berlanjut ke Shibuya, pusat kesibukan yang tetap tertib meski dipadati ribuan orang setiap harinya. Persimpangan Shibuya menjadi ikon modernitas, dihiasi layar neon raksasa dan dipenuhi pejalan kaki yang melintasi jalan dengan teratur. Kebersihan tetap terjaga meskipun lalu lintas manusia begitu padat. Tidak jauh dari sana, Harajuku menjadi pusat fashion anak muda, terutama di Takeshita Street yang dipenuhi butik trendi dan gerai makanan unik. Gaya busana eksentrik mendominasi, menampilkan kreativitas yang dikenal sebagai Harajuku Style. Cosplayer pun sering terlihat menunjukkan ekspresi unik mereka.

Keindahan budaya Jepang, baik tradisional maupun modern, begitu menarik untuk diabadikan. saya menangkap warna-warni Asakusa, Shibuya, dan Harajuku dengan jernih. bahkan di tengah keramaian Shibuya. Jepang adalah bukti bagaimana tradisi dan modernisasi dapat berjalan berdampingan, menciptakan harmoni yang tak lekang oleh waktu.

Legenda Oiwa: Hantu Pendendam yang Menghantui Budaya Jepang

Kisah tragis Oiwa bermula ketika suaminya menginginkan pernikahan dengan tetangganya yang kaya, namun kehadiran istrinya menjadi penghalang. Dengan niat jahat, ia mencoba meracuninya. Bukannya menemui ajal, racun tersebut justru merusak wajah Oiwa secara mengerikan. Sang suami kemudian menenggelamkannya ke sungai untuk memastikan kematiannya. Namun, teror sejati dimulai ketika hantu Oiwa bangkit dari air, membayangi setiap langkah sang suami hingga akhir hidupnya.

Berabad-abad lalu, cerita hantu memiliki pengaruh kuat dalam budaya Jepang. Kisah-kisah ini dituangkan dalam seni cetak balok kayu dan terus berkembang dalam berbagai bentuk seni pertunjukan. Salah satunya adalah teater kabuki yang berasal dari periode Edo. Kabuki dikenal dengan efek panggung yang dramatis, mulai dari pintu jebakan, alat peraga yang canggih, hingga penggunaan darah sintetis untuk memperkuat kesan menyeramkan. Kisah Yotsuya, yang diciptakan oleh Tsuruya Nanboku IV pada tahun 1825, menjadi salah satu legenda hantu paling terkenal dalam teater ini.

Selain kabuki, teater noh juga memiliki tempat tersendiri dalam menghadirkan cerita hantu. Berbeda dengan kabuki yang lebih bombastis, noh menampilkan kisah-kisah yang lebih subtil dan filosofis, sering kali terkait dengan lokasi-lokasi tertentu yang memiliki sejarah kelam. Para aktor mengenakan topeng kayu yang tidak hanya mewakili karakter, tetapi juga diyakini sebagai perwujudan roh yang mereka perankan.

Kisah-kisah hantu Jepang bertahan karena memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyalurkan perasaan mereka terhadap ketidakadilan sosial di era feodal. Melalui cerita ini, mereka menemukan keadilan yang tidak dapat mereka capai di dunia nyata. Konsep ini terus berlanjut hingga era modern, terlihat dari popularitas film horor seperti Ringu (1998) dan The Ring (2002). Di Jepang, musim panas sering dikaitkan dengan kisah-kisah menyeramkan, karena dipercaya bahwa ketakutan dapat memberikan sensasi dingin di tengah udara yang panas dan lembap.

Dewa United Banten Hancurkan Pacific Caesar dengan Permainan Dominan

Dewa United Banten mencatat kemenangan impresif dengan mengalahkan Pacific Caesar Surabaya 92-75 dalam laga di GOR Pacific Caesar, Surabaya, Jumat malam. Meski sempat tertinggal di kuarter pertama, Dewa United menunjukkan dominasi penuh di babak kedua dan memastikan kemenangan telak.

Efektivitas tembakan menjadi kunci keberhasilan Dewa United dalam laga ini. Mereka mencatatkan akurasi tembakan keseluruhan 48,6 persen (36/74), lemparan dua angka 60,4 persen (29/48), dan lemparan bebas 81,2 persen (13/16). Sementara itu, Pacific hanya membukukan 40,9 persen field goal (27/66), dengan lemparan dua angka 38,9 persen (19/48) dan free throw 53,3 persen (8/15). Dari segi tripoin, Dewa United menorehkan 26,9 persen (7/26), sedangkan Pacific sedikit lebih baik dengan 31,3 persen (8/15).

Pertarungan di area bawah ring juga dikuasai oleh Dewa United dengan mencetak 56 poin di paint area, jauh lebih unggul dibandingkan Pacific yang hanya mengoleksi 24 poin. Dalam serangan transisi, Dewa United tampil lebih agresif dengan mencatatkan 13 poin dari fast break, sementara Pacific hanya mampu mengumpulkan 8 poin.

Pertandingan berlangsung ketat sejak awal. Miranda membuka skor dengan tripoin cepat, tetapi Prosper membawa Dewa United unggul dengan tujuh poin beruntun. Pacific menutup kuarter pertama dengan keunggulan tipis 24-23. Memasuki kuarter kedua, Pacific sempat memimpin lewat dunk Diouf, namun Dewa United merespons cepat melalui aksi Dime dan Prosper. Tripoin Miranda di detik akhir membuat Pacific tetap unggul 45-44 sebelum turun minum.

Kuarter ketiga menjadi momen kebangkitan Dewa United. Prosper membawa timnya menjauh dengan keunggulan 68-56. Pacific berusaha mengejar lewat tripoin Yudha, namun lemparan bebas Hardianus membuat Dewa United tetap memimpin 68-59 di akhir kuarter ketiga. Di kuarter terakhir, Pacific kembali mencoba memperkecil selisih melalui Bramah dan Paulino, tetapi Dewa United tetap solid. Lemparan bebas Andakara Wisnu memastikan kemenangan Dewa United dengan skor 92-75.

Dengan hasil ini, Dewa United kini menempati posisi keenam dengan koleksi 21 poin dari sembilan kemenangan dan tiga kekalahan dalam 12 pertandingan. Sementara itu, Pacific Caesar Surabaya berada di peringkat ke-10 setelah hanya meraih tiga kemenangan dari 13 laga dan mengumpulkan 16 poin.

Keindahan Hinamatsuri: Tradisi Boneka yang Sarat Makna di Jepang

Hinamatsuri, atau yang dikenal sebagai Hari Boneka, adalah festival tahunan di Jepang yang dirayakan setiap tanggal 3 Maret untuk menghormati anak perempuan. Perayaan ini diisi dengan berbagai tradisi khas, seperti penyajian makanan tradisional, nyanyian, serta pajangan boneka yang memiliki makna mendalam. Boneka dalam festival ini menggambarkan tokoh-tokoh istana kekaisaran Jepang, termasuk kaisar, permaisuri, musisi, penjaga, dan dayang. Dengan memainkan boneka tersebut, anak perempuan Jepang meniru peran sosial dalam lingkungan istana, melambangkan harapan agar mereka tumbuh sehat dan bahagia serta menjadi anggota masyarakat yang dewasa dan berkontribusi.

Festival ini memiliki akar sejarah sejak periode Heian (794-1185 M), di mana pada hari Mi (ular) dalam kalender lunar, masyarakat melakukan ritual penyucian untuk mengusir kesialan dan mendatangkan keberuntungan serta kesehatan sepanjang tahun. Selain berdoa dan mempersembahkan makanan kepada para dewa, boneka juga digunakan dalam ritual ini untuk menangkal kemalangan. Tradisi ini berkembang pada periode Edo (1603-1868 M) dan kemudian berubah menjadi perayaan Hinamatsuri seperti yang dikenal saat ini. Seiring berjalannya waktu, festival ini tetap bertahan dan mengalami adaptasi dengan budaya modern, tetapi makna dan nilai historisnya tetap dijaga. Boneka-boneka yang digunakan dalam pameran festival biasanya dibuat sejak tahun 1950-an, meskipun desainnya tetap mempertahankan kemewahan dan keanggunan bangsawan Jepang dari 1000 tahun yang lalu.

Kimono: Perjalanan Panjang Pakaian Tradisional Jepang

Pada awalnya, kata “kimono” dalam bahasa Jepang memiliki arti sederhana, yakni pakaian. Namun, seiring waktu, istilah ini menjadi identik dengan busana tradisional khas Jepang. Bentuk kimono seperti yang dikenal saat ini pertama kali muncul pada era Heian (794-1192). Sebelumnya, pada zaman Nara (710-794), masyarakat Jepang mengenakan pakaian yang terdiri dari atasan dan bawahan atau baju terusan.

Perkembangan kimono semakin pesat ketika teknik “straight-line-cut” diperkenalkan, yaitu metode pemotongan kain dalam garis lurus yang kemudian dijahit tanpa perlu menyesuaikan bentuk tubuh pemakainya. Teknik ini membuat kimono lebih fleksibel, mudah dilipat, dan nyaman dikenakan dalam berbagai cuaca. Saat musim dingin, kimono dapat digunakan secara berlapis untuk memberikan kehangatan, sementara di musim panas, bahan linen membuatnya tetap nyaman dikenakan.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jepang mulai memperhatikan warna dalam pembuatan kimono, yang awalnya melambangkan musim atau status politik pemakainya. Pada era Kamakura (1192-1338) dan Muromachi (1338-1573), warna-warna cerah mulai mendominasi pakaian pria dan wanita. Bahkan, para samurai mengenakan kimono sesuai warna pemimpin mereka, sehingga medan perang tampak seperti ajang peragaan busana.

Pada masa Edo (1603-1868), di bawah kekuasaan klan Tokugawa, samurai mengenakan seragam khas yang terdiri dari kimono, pakaian tanpa lengan (kamishimo), dan hakama berbentuk rok celana. Produksi kimono semakin berkembang dan menjadi bentuk seni yang bernilai tinggi. Kimono juga dianggap sebagai warisan berharga yang diwariskan dari orang tua kepada anak-anak mereka.

Saat memasuki era Meiji (1868-1912), budaya Barat mulai memengaruhi Jepang. Pejabat dan personel militer diwajibkan mengenakan pakaian Barat dalam acara resmi, sementara masyarakat biasa masih memakai kimono untuk acara-acara tertentu. Di era modern, kimono tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tetap menjadi bagian penting dari budaya Jepang, dikenakan dalam acara pernikahan, pemakaman, upacara minum teh, dan festival tradisional.

Festival Obon: Tradisi Jepang dalam Menyambut Arwah Leluhur

Setiap musim panas, masyarakat Jepang merayakan Festival Obon sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur yang diyakini kembali ke dunia. Kepercayaan akan keterikatan antara dunia orang hidup dan arwah telah ada sejak zaman kuno, tetapi perayaan ini sebagian besar berakar dari sutra Buddha, Urabon-kyō. Menurut ajaran tersebut, seorang murid Buddha menemukan ibunya berada di Alam Roh Lapar, tempat jiwa-jiwa tersiksa dalam kelaparan dan dahaga yang abadi. Untuk membebaskannya, Buddha memerintahkan murid itu untuk memberikan persembahan makanan dan minuman kepada para biksu pada tanggal 15 bulan ketujuh.

Saat ini, tradisi tersebut berkembang menjadi sebuah perayaan besar yang berlangsung selama tiga hari antara Juli dan Agustus. Pada momen ini, anggota keluarga kembali ke kampung halaman mereka untuk melaksanakan berbagai ritual demi menghormati leluhur dan membantu arwah gelisah menemukan kedamaian. Festival dimulai dengan mukaebi, yakni menyalakan lentera dan api kecil sebagai panduan bagi roh yang kembali ke rumah. Setiap keluarga biasanya memiliki dua shōryō-dana, yaitu altar yang dihiasi buah, dupa, dan bunga—satu untuk leluhur mereka dan satu lagi untuk arwah yang masih tersesat.

Selain itu, ritual ohakamairi juga dilakukan dengan membersihkan makam leluhur, berdoa di kuil, dan menyiapkan hidangan khusus. Festival ini semakin meriah dengan Bon Odori, tarian tradisional yang dapat diikuti oleh siapa saja. Para penari mengenakan kostum karakter cerita rakyat serta melukis wajah mereka sebelum menari berkeliling panggung diiringi tabuhan drum taiko. Pada malam terakhir, festival ditutup dengan okuribi, yaitu pelepasan lentera dan api unggun sebagai tanda perpisahan dengan arwah yang kembali ke alam mereka. Festival Obon sendiri pertama kali muncul pada periode Asuka dan semakin populer pada abad ke-12 seiring berkembangnya agama Buddha di Jepang.

Keunikan Tradisi Jepang Menyambut Tahun Baru Dengan Semangat Kebersihan Dan Keberuntungan

Dalam budaya Jepang, terdapat tradisi khusus dalam menyambut Tahun Baru, salah satunya adalah susuharai, yang berarti “menyapu jelaga.” Tradisi ini sudah ada sejak periode Edo dan menjadi bagian penting dalam mempersiapkan kedatangan Toshigami, dewa Tahun Baru. Pada awalnya, susuharai dilakukan di rumah-rumah dan perkebunan samurai, tetapi kini lebih sering terlihat di kuil Buddha dan kuil Shinto. Proses pembersihan ini tidak hanya bertujuan untuk membersihkan debu dan kotoran yang menumpuk selama setahun, tetapi juga sebagai bentuk penyucian agar membawa keberuntungan. Selain itu, kegiatan ini dilakukan dengan penuh semangat dan bahkan menjadi ajang berkumpul, di mana peserta disuguhi makanan khas seperti kue beras dan sake. Setelah rumah dibersihkan, dekorasi Tahun Baru mulai dipasang, yang biasanya diperoleh dari pameran toshi no ichi yang menjual berbagai barang keberuntungan, seperti shimenawa dan kadomatsu.

Menjelang pergantian tahun, mochitsuki atau tradisi menumbuk kue beras menjadi acara yang dinantikan. Mochi dibuat sendiri di rumah atau dikerjakan oleh kelompok tobi yang berkeliling menawarkan jasanya. Selain itu, ada tradisi setsubun yang bertujuan mengusir roh jahat dengan melempar kacang kedelai panggang sambil meneriakkan mantra keberuntungan. Di malam terakhir tahun yang berjalan, omisoka dirayakan dengan berbagai adat, termasuk joya no kane, yaitu pembunyian lonceng kuil sebanyak 108 kali untuk menghilangkan hawa nafsu duniawi. Salah satu tradisi unik yang masih lestari adalah Parade Rubah Oji, di mana orang-orang mengenakan topeng rubah dan berjalan menuju Kuil Inari dengan lentera menyala, menggambarkan kisah rubah mistis yang diyakini membawa keberuntungan. Berbagai perayaan ini tidak hanya menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat Jepang, tetapi juga menjaga keberlanjutan warisan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.